Asal Usul Selokambang

Lumajang, sebuah daerah yang terletak di kaki timur Semeru kaya akan pemandangan alam yang begitu mempesona, salah satunya adalah tempat pemandian alami dimana sumber mata airnya secara alami keluar dari perut bumi. Nama pemandian itu adalah "Selokambang" dimana pemandian ini merupakan salah satu pemandian alam yang terletak di desa Purwosono kecamatan Sumbersuko.

Untuk menuju lokasi pemandian wisata Selokambang hanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menit dari kota Lumajang, karena desa Purwosono berjarak hanya sekitar 5 Km dari ibukota Kabupaten Lumajang. Pemandangan yang masih alami dengan pepohonan yang begitu rimbun menambah kecantikan pemandian alam Selokambang ini. Tidak hanya pemandangannya saja yang indah dan sedap di pandang mata, air di pemandian Selokambang ini sungguh menyegarkan bagi siapa saja yang mandi disana. Air dari pemandian Selokambang ini juga dialirkan ke sungai-sungai dan dimanfaatkan untuk mengairi sawah-sawah disekitarnya, sehingga tidaklah mengherankan jika disekitar pemandian bisa kita dapatkan pemandangan sawah-sawah yang hijau.

Menurut cerita tradisi lisan penduduk setempat, kisah penciptaan Selokambang dengan Mbah Purwosono, bahkan nama sungai yang berasal dari mata air Selokambang dinamakan sungai Purwo. Pada tahun 1904 menurut laporan dari Knebel seoarang berkebangsaan Belanda, menuliskan dalam laporannya bahwa di Selokambang ada beberapa patung yang terletak di sebuah gubuk bamboo di bawah pohon beringin, salah satu di antaranya adalah patung Siwa sedangkan patung yng lain tidak diketahui namanya. Hadiidomulyo dalam bukunya Napak tilas perjalanan Mpu Prapanca mengidentifikasi Purwosono sebagai desa Tepasana yang di tuliskan oleh Mpu Prapanca dalam kitab Negarakertagama, dimana Tepasana dianggap sebagai ibukota Lamajang Selatan.

Menurut cerita masyarakat sekitar pada saat diadakan pembuatan jalan di Selokambang, ditemukan emas selain itu di tempat tersebut juga ditemukan beberapa peninggalan purbakala.Dwi Cahyono Arkelog Universitas Negeri Malang menuturkan bahwa suatu patirtan biasanya selalu melengkapi Bangunan Suci dalam hal ini suatu Candi. Dwi juga menuturkan bahwa ada kemungkinan dulu Selokambang merupakan sebuah situs Patirtan dan dalam pengembangannya patut diperhatikan karena diperkirakan masih ada peninggalan-peningglan purbakala disana yang belum ditemukan.
0 Responses